Hello hello…
My special hello for all capeng (calon pengantin) yang budiman. Hohoho
Tulisan ini
sengaja didedikasikan bagi para capeng yang lagi butuh info tentang premarital
check up karena Mausaurus juga sempet kesulitan cari info tentang ini
kemarin-kemarin. Dapet sih info, tapi kurang update. Semoga bermanfaat ^^
Ilustrasi diambil dari sini |
Apa sih
premarital check up itu?
Premarital
artinya sebelum menikah. Jadi, premarital check up adalah pemeriksaan kondisi
tubuh sebelum seseorang menikah. Penting? Yaaa… penting ga penting sih..
Ibaratnya pemeriksaan ini adalah peringatan BMKG sebelum terjadi tsunami. Kam kalo qt dpt warning lebih awal kita bisa bersiap dan cari perlindungan lebih awal. Hehehe..
Maksudnya gini, dari premarital check up ini akan diperoleh informasi mengenai kondisi kesehatan kita. Kenapa ga general check up aja? Beda tujuannya.. Premarital check up ini (ini sebenernya menurut pendapat Mausaurus pribadi) lebih terkait dengan kondisi kita, baik secara fisik, fisiologis, maupun genetis sebagai persiapan berkeluarga. Apa hubungannya? Kalo berkeluarga pengen punya anak, kan? Pengen anak-keturunannya sehat cerdas ceria, kan? Pasti iya donk.. But wait, pemeriksaan ini bukan membuat keturunan kita terjamin sehat cerdas cerianya lho.. namanya juga pemeriksaan. Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini lah yang akan menjadi persiapan berharga. Misal,dari pemeriksaan diketahui bahwa si A punya resiko diabetes karena ayahnya diabetes. Lalu calon pasangannya, si B, juga kakeknya ada yang diabetes. Jadi mereka memiliki faktor resiko untuk memiliki keturunan yang mengidap diabetes juga. Lah trus gimana? Putus? Eh, bukan begitu.. Kalo sampe putus berarti cintanya ga tulus tuh. Sebaliknya, dari informasi tersebut harusnya dipikirkan solusinya gimana nih supaya punya anak yang sehat cerdas ceria? Misalnya dengan mengatur pola makan dan pola jajan si anak sejak kecil, dst..
Contoh lain adalah misalnya dari pemeriksaan diketahui bahwa CPW (calon pengantin wanita) positif terinfeksi Toxoplasma. Nah, kalo sudah tau begini maka bias diberikan pengobatan yang tepat pada si CPW. Jika diperlukan mungkin akan disarankan juga untuk menunda kehamilan. Menurut Maupribadi, kondisi ini lebih baik daripada terlanjur hamil karena buru-buru pengen menimang bayi, eh ternyata terjadi komplikasi kehamilan yang bisa berefek pada janin maupun ibunya. Na’udzubillah kan yaa…
Gambar diperoleh dari sini
Apa aja yang
diperiksa pada premarital check up?
Ini
tergatung sama paket apa yang kamu ambil. Tiap klinik or rumah sakit or
laboratorium biasanya menawarkan beberapa jenis paket. Makin lengkap paketnya
yaaa makin mahal. Yaa iya laaah… Hehehe
Paket biasanya pasti terdiri dari pemeriksaan fisik. Tambahannya bisa jadi berupa pemeriksaan darah dan/atau urin, rontgen thorax (dada), USG, antibodi terhadap penyakit menular kelamin, antibody terharap TORCH (Toxo, Rubela, Citomegalovirus, dan HSV), antibodi terhadap hepatitis, buta warna, ECG. Sekali lagi, ini tergantung sama penyedia layanannya. Jadi sebaiknya sebelum tes, survey-survey dulu aja deh.. Sesuaikan dengan kebutuhan
Itu tadi
sekilas info aja mengenai premarital check up. Sekarang gue pengen cerita tentang
pengalaman waktu gue premarital check up beberapa waktu lalu.
Kenapa
pengen banget tes? Karena pernah ambil mata kuliah yang bikin parno terhadap
komplikasi kehamilan akibat TORCH dan merasa memiliki faktor resiko tinggi
terinfeksi kuman-kuman nakal itu, terutama Toxoplasma. Sedikit info aja bahwa Toxoplasma
adalah Protozoa yang bisa menginfeksi manusia melalui kontak dengan kotoran
kucing dan makan daging yang tidak dimasak dengan baik. Nah, gue kan sukanya makan
daging yang masih empuk-empuk kenyal gitu.. Trus di sekitar gue juga banyak
kucing kampung yang suka beraktifitas semaunya di rumah. Eh tapi to be noted ya
bahwa belum tentu semua kucing tu bawa si Toxo itu lho, maksudnya gue cuma tidak pengen memfitnah seluruh kucing di dunia ini. Tapi karena gue parno
makanya yaaa periksa deh. Hehe
Jadi memang sebenernya pengen ngelakuin premarital check up ini dengan tujuan utam cek TORCH-nya. Akhirnya survey pun dilakukan. Point utamanya adalah dapat info ttg premarital check up yang ada pemeriksaan TORCHnya atau tes TORCHnya saja. Ini menyangkut soal biaya nih.. soalnya ga ada asuransi yang menanggung. Setelah survey sana sini melalui internet, tanya temen, telepon ke penyedia layanan tes tersebut, gue merasa bahwa opsi kegiatan survey yang terakhir disebut adalah yang paling efektif. Soalnya memang belum banyak orang yang sadar untuk melakukan pemeriksaan ini.
Berikut ini
hasil survey Mausaurus (area Jakarta-Bekasi aja tapi ya). Bagi yang hendak
menggunakan hasil survey ini, gue saranin untuk recheck ke penyedia
layanannya. Soalnya waktu telepon gue nyatet sekenanya, dan mengingat bahwa gue ini pelupa, jadi Mausaurus ga menjamin informasi yang gue berikan ini
shahih 100%. Hehehe
RS Mitra
Keluarga Bekasi Timur -->
Rp. 2.347.000 (lupa paketnya apa aja)
RS Hermina
Bekasi -->
Rp. 2.380.000 (lupa paketnya apa aja)
RS Hermina
Galaxy --> Rp.
2.935.000 (cek darah, urin, kons obsgyn, EKG, ginjal, TORCH)
Prodia --> Rp. 1.770.000 (darah
rutin, darah tepi, HBS Ag, TORC IgG)
Rp.
883.000 (biaya tambahan untuk cek IgM TORC)
Rp. 1.604.000 (pemeriksaan TORCH saja)
CITO --> Rp. 1.670.000 (Paket
Tulip; darah, urin, glukosa darah puasa dan tidak puasa, VDRL,
HBS Ag, golongan
darah, TORC)
Parahita --> Rp. 1.900.000 (kalo ga
salah untuk TORCH saja, gue lupa)
RSIA Tambak --> Rp.1500.000 (TORCH IgG
dan IgM)
List di atas
seingat Mausaurus adalah untuk pemeriksaan yang wanita saja. Kalo yang sepasang:
RSIA Tambak --> Rp. 2.060.000 (darah
lengkap, urin, kons dokter umum, kons obsgyn, TORCH, HBS Ag, buta warna, fisik,
USG)
My premarital check up
Jadi,
berdasarkan hasil survey, maka diputuskanlah untuk periksa di RSIA Tambak.
Tadinya mau TORCH saja, tapi berhubung honor baru turun maka sekalian lah ambil
paket lengkap yang 2 jeti itu. Setelah bikin janji berkali-kali karena gue cancel terus, akhirnya berangkat lah gue ke RSIA tersebut seorang diri. Sampai
di sana ditanyain “lho, calonnya mana mba?”. Bengong donk.. Sambil mesem-mesem.
Karena gue periksa itu pun tanpa bilang-bilang calon suami, atas alasan yang
tidak bisa gue sampaikan di sini. Si mbak di meja pendaftaran bilang, “Sayang mba,
ini paketnya buat sepasang lho?” Hee?? Iya ya?? Rupanya gue ga teliti bertanya
saat berburu informasi via telepon. Akhirnya atas bujukannya si mbaknya itu,
mas calon suami gue telpon. Tapi ya karena ga bisa ninggalin kerjaan akhirnya
hari itu dia ga bisa nyusul ke sana. Si mbaknya di RSIA Tambak ini baik
tapinya, mau menunggu si mas cami nyusul diperiksa kapan aja asal sehari
sebelumnya konfirmasi dulu. Jadi lah hari itu akhirnya gue ceritakan rencana ini ke si mas cami (ini beneran jangan dicontoh, sebaiknya buat kesepakatan
bersama dulu sebelum periksa). Dan akhirnya gue menjalani pemeriksaan sendiri aja.
Para perawat dan dokter di RSIA Tambak baik dan ramah. Pelayanannya juga OK. Apalagi gue kebetulan dateng pagi saat itu. Jam 8an udah sampe RS. Ternyata kalo masih sepagi itu pasiennya masih sedikit. Klo datengnya sekitar jam 10 yaa siap-siap agak lama aja antrinya.
Oleh seorang perawat, gue dianter ke UGD. Di situ ketemu sama dokter umum, namanya dr. Husein. Dibantu oleh 2 orang perawat wanita, gue ditanyain ini itu soal riwayat kesehatan gue dan keluarga. Lalu dites minus mata dan buta warna. Ada juga pemeriksaan payudara, dengan ibu suster tentu saja, sekaligus diajarkan self-check untuk deteksi dini kanker payudara. Dokter juga menawarkan apakah mau dipeiksa duburnya. Gue pikir karena udah bayar yaa sekalian aja. Sekali lagi, ini yang periksa adalah si ibu suster juga. Hehehe
Dari UGD, gue diantar ke laboratorium oleh salah seorang perawat. Ibu ini sebenernya
sempet kelihatan ragu mau bawa gue ke Lab dulu apa ke dokter obsgyn dulu. Entah
atas pertimbangan apa akhirnya gue ke lab dulu. Diambil darah dan diberi wadah plastik
untuk menampung urin. Setelah memberikan sampel yang diminta, gue diantar oleh
perawat yang tadi ke bagian radiologi. Ini nih yang beberapa jam kemudian bikin kesel. Mungkin
salah gue sendiri sih ga teliti baca paket pemeriksaan dan manut aja sama
perawatnya, lah gue pikir kan mereka paham. Ternyata pemeriksaan rontgen
thorax itu tidak ada di paket, pemirsah.. dan gue pun dikenakan biaya tambahan
sebesar Rp.150.000,- untuk hal tersebut. Bete kan? Minta juga nggak kok. Sempet
merasa semacam dijebak gitu sih. Tapi atas dasar pikiran waras bahwa rezeki ga
tertukar maka setelah protes secukupnya di kasir, gue bayar juga dah tuh.
Setelah dari radiologi gue digiring ke ruang dokter obsgyn. Gue gatau sebenernya bisa milih apa ga dokternya, tapi hari itu gue dibawanya ke dr. Priyo. Dokternya masih terbilang muda, ramah, dan sangat welcome untuk memberikan penjelasan. Oleh beliau gue ditanya lagi calonnya mana? Heuh…
Nah ini nih yang lucu, pas baru pasang posisi tiduran untuk di-USG sang dokter bertanya “udah pipis belom?” dan dengan polos gue jawab “udah dok, kan barusan abis diambil sampelnya untuk tes urin”. Dan ternyata harusnya gue tu ke obsgyn dulu untuk USG baru ke lab. Kalo kantung kemih dalam keadaan kosong katanya akan sulit membedakannya dengan rahim. Ya mana gue tau.. Kan baru sekali itu ke obsgyn untuk USG rahim. Eh sebenernya sih udah pernah sekali waktu USG liver dulu pas gue gatau kenapa sering mual-mual, and sekali pas pre-premarital check up di Hermina Galaxy (dateng iseng abis jenguk temen yg baru lahiran di sana. Niatnya cari info aja, eh disuruh USG sekalian). Tapi kan gue lupaa...
Akhirnya sang dokter memerintahkan gue untuk balik turun ke lantai satu, lalu minum sekitar 1 liter. Ada gallon air di deket lab tempat periksa darah dan urin tadi. Setengah jam lagi atau kalo sudah merasa mau pipis baru balik ke situ untuk di-USG. Gue pikir, duh gawat, ga suka minum langsung banyak begituh. Biasanya kalo minum hanya segelas kecil, lalu minum lagi nanti setelah jeda minimal 15 menit. Ini disuruh minum 1 liter air dalam waktu setengah jam. Tapi yaa akhirnya terpaksa sih..
Hasilnya sekitar
setengah jam setelah itu gue memang merasa pengen pipis. Berangkat lah gue ke lantai 2
tempat sang dokter praktek. Celakanya saat itu ternyata sedang ada pasien di
dalam. Adudududuh… gimana nih? Lama kelamaan hasrat ingin buang air kecilnya
semakin memuncak. Tapi mau pipis takut nanti disuruh minum air 1 liter lagi. Tapi
akhirnya karena dilanda kebelet yang amat sangat, gue capcus ke toilet. Sialnya,
begitu balik dari toilet, pasien sang dokter yang tadi lagi di dalam baru saja
keluar. Sambil mesem-mesem gue bilang “maap dok, kebelet, jadi barusan pipis
deh”. Kirain dokternya bakalan marah. Ternyata beliau malah tertawa dan berkata
“ya ampun maaf ya mba, pasti kebelet banget tadi. Ya udah kita coba aja siapa
tau kantung tadi belom kosong semua kantung kemihnya”. Dan Alhamdulillah,
ternyata memang masih berisi air kantung kemihnya. Iya lah.. minum seliter yang
dibuang baru beberapa cc aja kok. Hehe
Saat USG itu dokter menjelaskan posisi rahim dan ovarium gue. Rahim sih normal dan posisinya bagus menghadap ke depan (gue kurang ngerti nih maksudnya gimana atau apakah ada orang yang rahimnya menghadap kanan/kiri/belakang), namun di ovarium kiri gue terlihat ada suatu massa berukuran 2cm yang diduga adalah kista. Baru dugaan dan katanya untuk lebih jelasnya harus dengan USG transvaginal, tapi nanti saja kalo sudah menikah. Sebenernya gue udah dapet infi dan saran yg sama waktu USG di Hermina Galaxy. Agak stres dikit soal si massa itu. Tapi dokternya menenangkan dengan berkata bahwa itu baru dugaan dan bisa saja salah. Selain itu kalo siklus haidnya masih teratur tiap bulan ‘dapet’ maka ga usah terlalu khawatir. Dan bisa jadi itu kista tidak menguasai seluruh bagian ovarium kiri gue, jadi si ovarium kiri masih dapat memproduksi sel telur. Pun jika ovarium kiri rusak, masih ada ovarium kanan. Jadi untuk kehamilan masih besar peluangnya. Huhuhu.. mohon doanya ya pemirsa…
Dengan berakhirnya
sesi dengan dr. Priyo, maka berakhir pula susunan acara premarital check up gue di RSIA Tambak. Hasilnya jadi sekitar seminggu setelah itu. Tapi baru
sempet gue ambil sekitar 3 minggu setelahnya. Hehe :p
Oh ya, yang
bikin ketawa dikala mengenang prosesi premarital check up gue adalah betapa
besernya gue setelah itu. Di RSIA tambak saja total gue pipis 6x. Belum lagi di
toko jilbab Rabbani Rawamangun. Karena setelah dari Tambak gue ke Rawamangun naik bajaj yang getarannya aduhai,
sampe di sana langsung kebelet pipis. Selama di sana 3x pipis. Itu lah kalo ga
biasa minum langsung sekaligus banyak tapi dipaksa minum bertubi-tubi (aih
bahasanya..).
Ilustrasi kebelet pipis ^^. Gambar diperoleh dari sini
Silakan para
pemirsa ambil pelajaran dan hikmah yang baik-baik saja ya dari cerita Mausaurus yang
ternyata panjang ini. Hehehe
Salam,
Bekasi, 27
Desember 2013 00:49