Saturday, 12 August 2017

Ngeri-ngeri (tak) sedap

Ada cerita lucu. Tapi ngeri-ngeri (tak) sedap gitu deh.

Dimulai dgn melihat posting foto Ahok sdg mendatangi acara Munas Hanura bulan Agustus di Bali di salah satu group chat. Dgn kalimat provokasi yg intinya mempertanyakan bukankah seharusnya beliau itu ada di dalam kurungan? Gak pake lama ada yg posting link berita bahwa foto tsb diambil pd kegiatan Hanura lainnya di bulan Februari. Saya tertarik utk cek link tsb dan dilanjutkan mencari berita ttg vonis kurungan Ahok. Ternyata vonisnya bulan maret, jd ga salah rasanya kalo februari beliau masih berkeliaran.

Tidak ada keributan di group chat tsb. Semoga hoax berhenti sampai di situ, batin saya.

Masih di hari yg sama, postingan dengan kalimat provokasi yg sama muncul 2x di timeline facebook. Yg pertama diposting oleh seorang dokter. Saya sampaikan link yg sudah saya cek. Dokter tsb bilang "Oo.. Begitu ya? Thanks infonya," masalah selesai. Posting dihapus. Alhamdulillah.

Bukan. Saya bukan ahoker. Saya cuma orang yg ga suka fitnah bertebaran. Saya ga suka jika kita membenci seseorang lantas begitu mudahnya terprovokasi berita palsu. Apalagi kalo yg melakukannya muslim. Saya malu. Muslim harusnya tidak bodoh krn islam sangat pro pada ilmu pengetahuan.

Berikutnya, foto dgn kalimat provokasi yg sama nongol lagi di timeline. Kali ini dimuat oleh orang yg tidak saya kenal namun dishare oleh teman sekolah saya dulu, sebut saja si A. Hal yg sama saya lakukan. Share link berita td sambil bilang bahwa foto tsb berasal dr bulan Februari, bukan Agustus, sambil mengajak si A untuk tabayyun. Seorang kawan sekolah lainnya membenarkan, bahkan memperkuat pernyataan dgn mengatakan bahwa itu benar soalnya dia ingat lihat liputan asli yg bulan Feb itu di TV.

Di mana lucu sekaligus ngeri-ngeri (tak) sedapnya??

Ketika si A yg menshare postingan hoax tsb berkata spy tidak suudzon dan berpikir kreatif. Bahwa orang yg dia share postingannya pasti punya tujuan lain, misalnya supaya polisi lebih jujur mengungkap si mana Ahok skrg? Si A ini juga membandingkan dgn pihak Ahoker yg suka menyebar fitnah bahkan sampai media TV pun suka menyebar berita hoax. Seraya mempertanyakan apakah saya menegur mereka juga? Juga mengkaitkan dgn ketidakadilan pemberitaan TV thd ulama. Apakah TV-TV pernah tabayyun?

Lah? Saya jadi mempertanyakan; apakah jika mereka menyebar hoax lantas kita harus membalas dgn menyebar hoax juga? Apa bedanya kita dgn mereka, kalau begitu? Apa itu yg namanya berpikir kreatif? Lagipula saya tidak kenal dgn org yg posting foto, dan ilmu saya belum sampe utk membaca pemikiran dibalik postingan tsb. Saya pun menyampaikan bahwa saya menegur krn saya masih menganggap si A ini teman. Saya salut dgn semangat bela ulamanya. Tapi kalo benar bela ulama harusnya kan dgn cara yg benar ya. Jangan malu-maluin gitu lah. Tapi kalo ga suka ditegur ya oke lah. Terakhir kali dan besok-besok saya diamkan.

Lagipula, saya ga untung apa-apa kok? Hehe

Yang terjadi berikutnya adalah si A menjawab dengan kalimat panjang yg intinya mempertanyakanapakah saya sama sekali tidak pernah menyebar hoax?

Wow. Saya ga lagi nyudutin kamu kok. Gak usah lah nyerang balik begitu.. Kalo mau, cek saja beranda saya.

Saya didebat lagi, dgn dalih bahwa hoax adalah bumbunya media sosial. Hoax tidak akan pernah hilang dari medsos. Adanya postingan hoax utk melatih pengguna medsos yg pastinya sudah pintar-pintar utk membedakan mana yg benar dan mana yg hoax.

Saya ga bisa nahan ketawa lagi. Apa sih yg sedang saya lakukan? Ngapain juga menghabiskan waktu utk orang yg jalan berpikirnya ajaib begini? Aduhai..

Saya hanya membalas; kamu suka hoax? Yang tidak dijawab karena meladeni komen orang lain. Lagi-lagi dgn dalih menyalahkan pemberitaan TV yg tidak seimbang terutama pada ulama. Menyalahkan TV yg ditonton siapa saja, beda dengan medsos yg hanya diakses orang tertentu saja yang sudah pintar.

Iseng, saya bilang kalo pengguna medsos benar pintar harusnya tidak ada hoax yg menyebar di medsos.

Si A kembali mbulet dgn argumen hoax adalah bagian dari medsos. Lagipula apa benar Ahok di kurungan?

Iseng lagi, saya tanya; kamu kangen yaa sama Ahok? Saya mah enggak.

Lalu mbulet lagi dgn argumen yg itu-itu aja. Sampai seorang teman sekolah lainnya, sebut saja si B, bilang, "udah sih na, susah kalo udah beda kitab suci mah"

Saya jawab, ga boleh gitu. Kitab suci si A ini masih Alquran. Kok cuma beda dalam menyikapi masalah saja. Saya juga menyampaikan terimakasih sudah diingatkan utk mencukupkan sampai di sini. Walaupun agak telat saya menyadari bahwa memang ga ada gunanya juga meladeni orang suka debat bentuk begini.

Si B menjawab, "kalo gitu kasih tau tu orang na bahwa di quran ada ayat ttg larangan menyebar kebohongan" 

Saya bilang bahwa enough is enough. Kalo kalian berdua mau lanjut diskusi silakan tapi diskusi yg sehat yaa.. Saya pun pamit.

Notif bahwa si A menjawab komen tsb masuk akun FB saya. Saya buka dan isinya sungguh bikin ngeri-ngeri (tak) sedap babak dua. Si A bilang bahwa dia memang bodoh dan si B itu manusia paling benar paling mulia bla bla bla.

Aduhai.. Padahal postingannya salah kan tinggal didelete ya? Ga usah mbulet begitu. Endingnya play victim pula. Capedeh.

Tapi mungkin gengsi kali ya. Kan ada tu orang yg gengsi ketika ditunjukkan kesalahannya san malah semangat menunjukkan bahwa bukan dia satu-satunya yg salah. Semangat yg sangat disayangkan sekali. Mbok ya semnagat itu dalam mencari kebenaran gitu lho bukan malah semangat mencari pembenaran.

Saya ngeri kalo orang-orang yg mengaku muslim, mencintai ulama, membela islam, tapi mudah terprovokasi dan malas mencari kebenaran. Malas tabayyun.

Saya ngeri kalo orang-orang tsb cenderung bersumbu pendek, mudah dihasut, dan sangat reaktif. Tapi mengabaikan fakta yg sebenarnya.

Saya ngeri kalo pihak yg di sebrang sana kemudian memukul rata bahwa muslim yg cinta ulama dan membela islam semuanya seperti itu. Jelek lah citra muslim. Walaupun tentunya pandangan Allah lah yg paling penting, tp kalo pandangan tsb sampai pada kalangan yg Islamophobia? Saya makin ngeri membayangkannya..

Jadi marilah kita tempatkan masalah pada tempatnya. Tempatkan otak dan hati kita bukan diujung jempol, alias jangan dgn entengnya share tanpa tabayyun.

Ya kalo yg dishare resep makanan, kisah nabi, kisah-kisah dalam Alquran sih silakan langsung share. Hehe

=%=%=%=

Keesokan harinya, postingan si A muncul di timeline saya. Kali ini mempertanyakan Kurikulum di sekolah yg mengajarkan anak-anak bahwa manusia adalah keturunan monyet. Bukankah dgn demikian kita telah menyebar hoax? Dengan hashtag jadibingung sbg penutup. Saya gatel utk komen. Tapi ya buat apa? Cukup tau gaya debatnya bagaimana. Cukup tau tujuan debatnya bukan utk mencari kebenaran tapi mbulet mempertahankan gengsi. Ngapain diladenin. Hehe

Masih hari yg sama si A kembali posting bahwa jika kita mengajarkan lagu bintang kecil pada anak-anak maka kita sdgn menyebarkan hoax. Saya sbnrnya ga ngerti maksudnya gimana. Mungkin dia penganut bintang kecil di langit yang biru, buka di langit yg luas. Entah lah. Saya masih konsisten utk tdk meladeni.

Lagipula, ambil sisi positifnya saja bahwa mulai hari itu si A mulai berpikir bahwa menyebarkan hoax adalah hal yg tidak baik. Ya setidaknya, harapan saya, mudah-mudahan begitu.

Tuesday, 3 January 2017

Memperpanjang Paspor (Daftar Online) dengan Tahapan Lengkap

Hai semuanya, walaupun paspor saya baru kepake buat ke luar negeri dua kali, tapi berhubung masa berlakunya akan segera habis, ngurus perpanjangan paspor deh..  Dari hasil cari-cari info via mbah Google, dapat kabar bahwa:

  1. perpanjang/bikin baru paspor bisa di mana saja, ga tergantung alamat di KTP kita
  2. pelayanannya bisa one day service
  3. ndaftarnya bisa online, nanti tinggal datang untuk verifikasi dokumen dan wawancara plus foto
  4. kalo daftarnya online, bisa lebih cepet proses di loket verifikasinya


So, saya pilih ndaftar online dulu. Dan berhubung ini kok ya barengan kadaluarsanya sama bapak dan ibu, maka sekalian lah kita menjadi trio-mengurus-perpanjang-paspor. Walopun trio tsb belum tau itu paspor bakal digunain buat apa, pemirsah.. hahaha

These are the steps

## DAY 1 ##

Kita harus daftar online dulu, jeunk. Link yg saya peroleh dari beberapa blog ga bisa dipake.

  • kata blog ini link-nya adalah ini, dan ternyata ga bisa. tulisannya "your connection is not private"
  • kata blog yang ini linknya adalah ini, dan ternyata sama kaya yang sebelumnya 
  • sedangkan menurut artikel di webnya imigrasi linknya adalah ini, yang ternyata "this site cant be reached"
Trus musti ke link yg mana donk?
Setelah saya ceki ceki ternyata sebenernya link yang di dua blog yg saya sebut pertama udah benar, hanya saja ga bisa masuk ke situ, jadi mendingan klik ini aja  ipass.imigrasi.go.id:8080/ n pada akhirnya nanti kita akan di-direct ke link yg kaya dua blog pertama sebutin. jangan tanya saya kenapa ya.. gak ngerti juga. hehe

Nah, nanti akan muncul tampilan berikut ini:

Silakan klik yang Pra Permohonan Personal. Bagian ini berlaku untuk yg mau bikin baru maupun perpanjang.

Selanjutnya isilah data permohonan berikut ini.

Perhatikan tanda *(bintang), itu artinya bagian tersebut fardhu 'ain untuk diisi yaa.. kalo gak ya gak akan bisa lanjut ke bagian berikutnya. Oh ya, untuk permohonan online ini hanya bisa untuk paspor yang 48 halaman ya. Gak bisa untuk yang 12 halaman.

Oh ya, seperti yang udah saya bilang, pra pendaftaran online ini bisa untuk keperluan sebagaimana nampak pada gambar berikut,

Terus tinggal isi dan lanjut-lanjut aja sih. Jangan lupa untuk mengisi semua data dengan benar. Bagian yang tidak diberi tanda bintang pun baiknya diisi saja.





Jika ada yang tanya, kok bagian nama istri/suami wajib diisi? Itu karena saya tadi mengisi status sipil saya adalah "kawin". Mungkin kalo diisinya "tidak kawin" gak akan jadi wajib diisi. Tenang aja, mblo. Hehehe

Nah, kalo yang di atas itu tadi udah diisi semua, maka STEP 1 kita sudah selesai dan akan tampil

Perhatikan bahwa metode pembayaran yang bisa dipilih hanyalah Simponi Online. Awalnya saya bingung juga itu maksudnya cara mbayarnya bagaimana?! Setelah ceki-ceki di mbah Google dapat lah info bahwa Simponi Online merupakan singkatan dari Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online. Engg.. jangan tanya saya itu cara nyingkatnya bagimana. Tanya ke yang punya gawean aja ya, yaitu Kemenkeu kita. Hehe

Sebelum sampe bisa bayar, akan muncul tampilan

dan


Kita cukup masukin captcha aja ya. Belum akan bisa memilih tanggal untuk datang ke Kanim (Kantor Imigrasi) kalau belum membayar. STEP 2 berakhir di sini. Nanti akan ada email yang memiliki lampiran file PDF berupa Bukti Pengantar ke Bank.


Pada file tsb terdapat No. Kode Bayar MPN G2 dan barcode. Jadi, kita print aja itu file lalu bawa ke bank, kalau mau bayarnya lewat teller.


Selanjutnya adalah mbayar. So, saya akan balik lagi cerita tentang Simponi Online ya.
Menurut info dari webnya kanim jaksel, dengan simponi online ini kita bisa bayar dimana aja. 24/7. Berikut adalah gambar yang saya peroleh dari link tadi. Beberapa blog menyebutkan bayarnya di bank BNI, tapi sebenernya ga cuma di bank BNI ya.. cekidot!


Jadi, kita sebenernya punya banyak pilihan mau bayar di mana. Saya sempat membaca info dari webnya Bank Mandiri bahwa pembayarnnya bisa melalui ATM, internet banking personal, maupun melalui teller di bank. Berhubung saya bukan nasabah Bank Mandiri, maka saya coba iseng tengok mobile banking yang saya punya: bank BTN dan DKI. Dan ternyata gak bisa. Hehe. Jadi saya harus ngebut ke teller bank karena saat itu udah jam 2 lewat. Pilihan saya adalah Bank BTN, karena Bank BTN deket rumah tu jarang banget rame sampe harus antre panjang. Tetapi oh tetapi, sesampainya di Bank BTN sebrang Giant Jatiwaringin, satpamnya berkata, "maaf bu sedang offline". Karena bingung mau ke mana (yang kemungkinan gak antre panjang juga), maka saya pasrah aja ke bank yang posisinya tepat bersebelahan dengan Bank BTN tadi, yaitu Bank Mandiri. Langsung ke teller dan alhamdulillah gak antre loh. Senangnya...

Oh ya, bayarnya berapa? 355 ribu, jeunk... Gak pake biaya administrasi bank lagi.


Kalau sudah selesai membayarnya, simpan buktinya! Lalu buka email yang ada lampiran Pengantar Ke Bank tadi. Di email tsb ada link untuk konfirmasi pembayaran. Klik aja "lanjut" atau copy url yang tertera di email tsb.

Pada bagian konfirmasi (maapkeun saya lupa screenshoot), kita akan diminta memasukkan nomor NTPN. Ada di slip pembayaran kok. Terdiri dari 16 digit. Tinggal masukin deh.

NTPN anda tidak sesuai?

Tenang, anda bukan satu-satunya di negeri ini yang mengalaminya. Saya juga kok tadi. Bahkan kalo kamu search di Google dengan key words "NTPN Paspor tidak sesuai" akan terlihat bahwa udah banyak yang lapor di www.lapor.go.id. Jadi bagimana? Saya dapat tips dari sini, intinya sih kita coba aja ganti angka 0 dengan huruf O, atau sebaliknya. Karena yang tercetak di slip agak nyaru tuh 0 sama O. Tinggal coba-coba aja kombinasi 0/O-nya.

Kalau sukses masukin NTPNnya, akan muncul tampilan


 Selanjutnya, tinggal pilih deh mau datang ke Kanim yang kita tuju tanggal berapa


Kalau sudah, kita akan menerima email yang isinya

Attachment pada email tersebut berisi 4 halaman, yang terdiri atas Tanda terima permohonan (lihat gambar di bawah ini), Formulir Surat Perjalanan RI untuk WNI, from isian untuk petugas loket, wawancara, dan pegawai TU, dan satunya lagi halaman kosong. Hehe.


Dengan demikian STEP 4 selesai!

Perhatikan catatan di Tanda Terima (gambar di atas ya). Persiapkan semuanya dengan baik untuk dibawa pada saat ke Kanim (Day 2).