Thursday 16 August 2012

Si Adek Belajar Baca Sendiri (?) - Serial otak anak


Loh kok adek tiba-tiba bisa baca?!

Kalimat tersebut pernah keluar dari seorang ibu muda. Ibu dua anak ini kaget menemukan gadis ciliknya yang baru berusia 4 tahun sedang asyik menekuni sebuah buku bacaan. Bukan bacaan yang baru sih, melainkan buku dongeng yang tiap malam dibacakannya untuk si anak sebagai pengantar tidur. Hanya saja sang ibu sebenarnya tidak pernah berniat mengajarkan membaca pada gadis ciliknya itu. yang dilakukannya hanya mendekap si mungil sambil membuka halaman demi halaman buku cerita sembari jari telunjuknya menelusuri kata demi kata dalam cerita tersebut.

Hingga suatu hari, terjadi lah peristiwa tersebut! Kaget luar biasa. Dipikirnya “Ah mungkin karena anakku sudah hafal isi ceritanya”. Jadi bukan membaca, melainkan hanya menceritakan kembali apa yang si ibu biasa ceritakan setiap malam. Perlahan ia mendekat pada gadis kecilnya. Ditepuk halus bahu sang anak sambil bertanya, “Adek lagi baca apa?”. Kembali si anak menunjukkan kebolehannya. Penasaran. Dibukanya halaman lain buku tersebut seraya bertanya “kalau ini apa dek dibacanya?”. Lagi, si anak menunjukkan kebolehannya. Masih belum percaya. Diambilnya sebuah koran, kemudian menunjuk sebuah judul artikel dengan kata-kata yang menurutnya mudah. “Bunda tanya lagi ya? Kalo yang ini dibacanya apa?”. Terdiam sejenak, kemudian gadis cilik itu melakukannya! Ya, dia membaca artikel yang ditunjuk sang bunda!

Begitulah dahsyatnya otak anak. Luar biasa ya? Mausaurus mendapatkan cerita ini dari seorang teman. Takjub sekali ketika mendengarnya. Takjub pada niatan baik sang Bunda untuk memberikan pengantar tidur bagi buah hatinya yang ternyata berefek luar biasa. Takjub pula pada kemampuan otak anak dalam membentuk koneksi-koneksi di otaknya. Bahwa bila b bertemu a maka dibacanya ba. Sedangkan c bertemu o dibacanya co. Dan seterusnya. Bahkan di saat mungkin si anak belum mengenal ke-26 huruf dalam deret alfabet. Subhanallah!

Begitu besar ya potensi otak anak kecil itu?! Otaknya mampu belajar hal-hal baru dengan cepat, menyerap informasi dengan mudah. Sel-sel otaknya memang sedang berkembang pesat. Golden age kalo istilah kerennya masa ketika sel-sel otak berkembang pesat membentuk interkoneksi terhadap informasi yang diserapnya. Potensi itu lah yang harus dijaga agar terus berkembang. Anak dalam cerita ini sekarang sudah kelas 3 di sebuah SMA negeri di wilayah Jakarta Timur. Hingga saat ini minat membacanya bisa dibilang lumayan tinggi. Koleksi buku cerita dan novelnya banyak.

Pernah juga Mau mendengar cerita (yang ini lupa sumbernya dari mana, maaf) tentang anak balita yang hafal peta dunia! Kok bisa? Awalnya sang ayah, yang kalau ga salah ingat adalah seorang pengajar di suatu perguruan tinggi, iseng tiap sore menggendong putranya sambil menunjuk-nunjuk peta dunia yang menempel di ruang kerjanya seraya menyebutkan nama negaranya. Iseng doank! Sampai suatu ketika saat entah karena terlalu lelah atau karena apa, sang ayah menunjukkan suatu titik dengan telunjuknya tapi menyebutkan nama negara yang salah. Misalnya gini, yang ditunjuk adalah negara Inggris, tapi ayahnya bilang Itali. Anak kecil yang bahkan belum lancar bicara itu protes. Menyadari ada yang salah sang ayah meralat ucapannya. Tapi jadi penasaran nih.. Kebetulan semata kah hal tadi itu? Sama seperti kisah si ibu di cerita Mau sebelumnya, diteslah jagoan kecilnya. "Coba kalo Itali memang seharusnya di mana, nak?" Voila! Sang anak menunjuk persis di bagian yang tepat. Diuji lagi. Kalau Mexico? Eh bener lagi tu anak nunjuknya. Istimewa sekali ya!

Ketika bukan penulis ingin menulis


Jika bukan penulis ingin menulis.. beginilah jadinya. Saat sedang tidak di depan layar laptop, wur wur wur.. Ide tu sampe tawuran berseliweran di kepala. Ide B minta ditulis duluan, padahal ide A sudah datang duluan. Belum lagi ide C yang terlihat mentereng, ide D yang seperti hendak mendominasi, dan ide E yang sepertinya sangat elegan untuk dituturkan dalam untaian kalimat. Namun kembali lagi, seorang yang bukan penulis memiliki keterbatasan dalam membuat ide-ide tersebut menjadi akur, bisa berbaris rapi, dan mengalir bak air di sungai. Yang ada malah pusing. Tapi eh ketika tombol power laptop dinyalakan “Zap!!” ide-ide itu kabur entah ke mana...

Namun seorang yang bukan penulis boleh juga kan menulis? Dengan keterbatasannya dalam memenej ide yang (sempat) berseliweran di otaknya. Dengan gaya yang mungkin berantakan. Dengan arogansi dan sudut pandang yang mungkin tidak biasa. Boleh donk!

Jika ada yang bertanya, “kenapa sih bukan penulis kok ingin menulis?”. Nah, saya beri tawaran nih, mau jawaban yang sederhana apa yang diplomatis? Dua-duanya? Oke. Jawaban sederhananya adalah karena bisa menulis. That simple. Sedangkan jawaban diplomatisnya adalah karena ide itu seperti hajat yang perlu disalurkan. Kalau tidak bisa berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti sulit tidur, sulit bernafas (ide kelas berat nih), kehilangan nafsu makan, dan lain sebagainya. Siapa tau ada yang memperoleh manfaat dari penyaluran hajat tersebut. Siapa tau bisa jadi penulis beneran. Hehe

Dari tangan seorang-bukan-penulis itu lah blog ini lahir. Seterusnya penulis akan menyebut diri sendiri sebagai Mau, anggep lah sebagai nick name-nya Mausaurus. Hehehe

Kenapa dipilih nama Mausaurus?
Begini, penulis sadari bahwa, sebagaimana manusia lainnya, penulis ini banyak maunya. Mau ini, mau itu.. Mau juga merupakan ras kucing, Egyptian Mau, yag punya karakter yang so adorable: berotot, anggun, ceria.. Katanya sih itu.. saya sendiri belum pernah ketemu langsung.
Sedangkan akhiran -saurus diberikan sebagai 'pemanis' agar nama Mau terlihat seperti suatu spesies yang eksis. Harapannya sih Mausaurus bisa eksis terus. Eksis yang bawa manfaat tentu saja. Aamiiin...

So, happy reading, all! Mohon maaf atas banyaknya cacat yang pembaca temukan. Boleh dikritik lho.. Dikirimi kripik juga boleh (eh ngarep, hehehe).

Salam :)