3 bulan sebelum menikah aku mendatangi seorang spesialis obsgyn utk melakukan premarital test. Hasilnya utk tes TORCH tidak ada masalah, bentuk rahim dinyatakan bagus, namun ada suatu massa yg saat diUSG nampak seperti berdekatan dengan ovarium kiri. Dokter menyarankan utk tidak perlu khawatir karena jika memang itu kista di ovarium, setiap wanita memiliki 2 ovarium. Jadi jika yg satu bermasalah, masih ada harapan dari ovarium yg satunya lagi. Dokter tapi tetap menyarankan untuk kembali check up 3 bulan pasca menikah, jika belum hamil juga selama periode 3 bulan itu, untuk dilakukan USG transvaginal.
Datanglah masa 3 bulan tersebut. Aku sudah cari informasi ttg kista ovarium dan tentang USG transvaginal. Ngeri juga sih saat itu membayangkan ada benda lain yang dimasukkan ke dalam vaginaku. Tapi demi memastikan posisi si massa tadi, aku beranikan. Soal biaya sudah aku tanyakan ke bagian keuangan RS Hermina Galaxy, katanya sekitar
400rb, belum termasuk biaya konsultasi dokter. Untuk aku dan suami yang berprofesi sbg guru honorer tentu itu bukan uang yang sedikit, namun tetap kami usahakan.
Datanglah aku ke RS tersebut menemui dokter yang sama dengan dokter yang aku temui terdahulu. Lalu alat USG transvaginal disialkan. Alatnya panjang namun alhamdulillah diameternya tidak terlalu besar. Seorang perawat mengoleskan sesuatu berwarna bening yang kuduga adalah gel pelumas. Mungkin agar tidak iritasi saat dimasukkan ke dalam vagina.
Sudah, bismilillah saja, apapun yang akan nampak pasti mampu aku hadapi karena toh Allah tidak memberi cobaan di luar batas kemampuanku. Begitu batinku berkata.
Maka aku berbaring di meja periksa dengan posisi kaki dibentangkan. Lalu dokter memasukkan alatnya. Tidak sakit, hanya sedikit ngilu dan risih. Kemudian dokter menjelaskan apa yg nampak di layar monitor. Iya, massa itu masih ada dan terlihat cukup jelas. Namun posisinya bukan di ovarium, melainkan di belakang dinding rahim. Dokter bilang itu miom. Seperti disambar geledek. Aku tetap berusaha tenang karena kata dokter ukurannya masih 3 cm dan belum menunjukkan gejala keganasan. Tapi tak ayal aku galau luar biasa...
Oh, jadi itu miom, bukan kista ovarium. Seandainya itu kista ovarium kan aku punya 2 ovarium jd masih bisa berharap pada ovariumku yg satunya. Tapi ini mioma, tumor rahim, dan aku hanya punya satu rahim saja.. Bagaimana ini...??
Kembali dokter menenangkanku dan berkata belum perlu treatment khusus utk miomku. Tapi aku diberi surat rujukan ke dokter spesialis obsgyn lain di Hermina Bekasi, bukan di Hermina Galaxy tempat aku periksa saat itu, jika dalam 3 bulan aku tal kunjung hamil. Saat itu aku kalut dan tidak terpikirkan utk bertanya kenapa aku tidak ditangani oleh beliau langsung tapi nalah dirujun ke koleganya? Haduh, mana ini koleganya dokter obsgynnya laki-laki pula..
Dokter juga kemudian menyarankanku untuk menjaga pola makan dengan mengurangi konsumsi daging merah dan kedelai.
Sudah, kunjunganku selesai sampai di situ. Kuseret langkahku menuju parkir motor tempat Honda Beat hitamku menunggu dengan setia.
Lalu hari ini, seminggu setelah kunjunganku ke dokter, haidku telat. Sudah terhitung 4 hari telat. Samar-samar aku rasakan kontraksi di dinding rahimku, pertanda yg biasa aku dapatkan menjelang haid. Namun ini rasanya lebih sakit. Aku jadi khawatir dan sulit tidur. Kucurahkan seluruh kegalauanku pada suami yg kemudian hanya dapat memelukku. Mungkin dia juga bingung harus berbuat apa.
Adakah di antara blogger yang punya cerita yg sama? Mohon share, bagaimana kemudian bisa hamil? Adakah kendala selama kehamilan berlangsung? Aku sudah browsing dan membaca beberapa artikel, namun galauku belum hilang.. Siapa tau ada yang berkenan berbagi cerita padaku.
Terimakasih.
Salam.
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! I welcome for any comment, but please be good to me: use nettiquete.