Kembali ke cerita saat di Singapore beberapa hari lalu..
Berkembangnya media utk bersosialiasi dgn orang-orang yg kita kenal semakin mendekatkan jarak geografis ya.. Saat saya berada di Sg kemarin, seorang kawan lain pada saat yg sama mendapat tugas pendampingan siswa juga. Lokasinya Bali. Melalui media chatting Whatsapp kami mengobrol kondisi di tempat tugas masing-masing.
Lalu di sela-sela obrolan kami ttg keluh kesah mendampingi anak-anak murid, terlontar ucapan darinya "Bahagia itu bersama orang yg kita cintai."
Mmm.. sepersekian detik saya terdiam.
Begitu kah?
Lalu saya teringat kawan yg kehilangan suaminya di usia pernikahan yg kurang dari seumur jagung karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Kisah ini saya dengar saat saya dan suami tengah mempersiapkan pernikahan kami. Rasanya saat mendengar berita tsb saya ingin berlari memeluk kencang kawan lama saya tsb.. Dan mengikat calon suami saya ke suatu tiang agar dia tidak ke mana-mana. Hehe
Sejak itu lah, setiap ingat cerita tsb, saya jadi betah memandangi wajah suami, betah memeluknya bahkan saat tubuhnya sebau apapun. Hehe. Saya bersyukur: dia ada di sini.
Sejak itu pula saya tanamkan pada diri saya bahwa suami, sebagaimana hal lain yg kita miliki di dunia ini, sejatinya bukan milik kita sepenuhnya. Hak prerogatif Allah utk mengambilnya kapan saja, sebagaimana Allah mengatur "sekehendaknya" kapan kami berjumpa..
Saya siap kehilangan? Oh, tentu tidak. Jangan dulu, jangan, Ya Tuhan..
Tapi saya juga bisa apa?
Saya pikir, ya, saat ini dia adalah salah satu sumber kebahagiaan saya. Wait, iya, hanya salah satu.. Yang lain? Tak kan cukup tinta sejumlah air di lautan menuliskan sumber kebahagiaan saya yang lain.
Selain itu, saya pikir, sebelum menikahi pria ini, saya telah menghabiskan waktu 27 tahun tanpanya. Dan saya mampu kok. Saya harap ketika saay jauh darinya pun saya akan tetap mampu. Wallahu alam, saya belum mau diuji dgn ujian macam begini.
Yang terlontar dari saya sebagai balasan dari kalimat kawan di Bali tadi adalah "Jangan begitu, jangan letakkan kebahagiaan di satu tempat.. Berbahagialah selama Allah masih bersama kita."
Lagi, saya tercenung sendiri. Memangnya saya sudah mampu begitu? Wallahu alam..
Maksud saya sebenarnya saat itu adalah mengingatkan kawan tsb agar tidak bergantung pada sesuatu yg tidak hakiki. Sesuatu yg bisa saja hilang suatu saat nanti. Sedangkan Allah, Dia kekal abadi..
Semoga saya selalu ingat tentang hak prerogatifNya terhadap apapun yg saya miliki...
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! I welcome for any comment, but please be good to me: use nettiquete.